Kamis, 17 Januari 2008

bercinta dan bercerita dalam gelap

kita padamkan lampu. hanya ac yang menyala. sejuk kering embusan membuat kulit berbintil pori. pucuk bukit kembar mengeras karena dingin ruang dan hangat gejolak.

pelan, lembut, berisi tukar bisik.

tiada peluh mulanya. tapi celah yang lembab itu kian licin, mencari-cari si nakal untuk ditangkap dan dihisap. kita biarkan masing-masing mencari jalan untuk bertemu dan bersatu, kadang hanya bergesek, kadang menembus pelan sebentar, lalu meleset, bergesek dan bergesek lagi, semuanya kita biarkan dalam alir alami.

dalam bisik dan canda mesra akhirnya masing-masing temukan jalan dan sudut yang tepat, tanpa ketergesaan. merambati tanjakan bersama.

puncak-puncak kecil kau raih. peluhmu membanjir dalam gerak yang tak banyak. lalu tibalah puncak tertinggi yang melemparkanmu dalam lenguh panjang sementara jemari dan kukumu mencengkeram bahuku serasa menancap hingga ke daging.

sebentar kemudian aku menjadi bendungan bobol. dalam gelap seperti hilang kesadaran, yang ada hanyalah ledakan kecil dalam diriku.

kita biarkan gempa kecil berkurang getarnya secara bertahap. lama aku terperam dalam genangan licin yang menjepit sampai kemudian yang tadinya keras akhirnya mengendur dan mundur tanpa kutarik, sementara yang licin tergenang seperti mendorong tamunya keluar melalui pintu.

kita berciuman lembut. lama sekali.

apakah kau sedang subur, tanyaku. hanya cubitan yang kudapat.

aku tergolek di sampingmu. kurasakan ceceran basah di sprei. aku beringsut tetap terkena. cairan rindu kita telah tumpah. banyak sekali.

dalam gelap pahaku menggesek pusat rahasiamu. kurasakan ada yang mengalir tiada henti dari sana. encer. berlimpah. lengket.

Tidak ada komentar: